Tuesday, June 26, 2007

Friend in need not friend in deed

Dari tulisan temanku, yang dikirimkan ke aku lewat email. Makasih banget,Tin. Aku bener-bener butuh dukungan kamu saat ini.


If only you know where you will go
Then I’ll let this heart as stream to flow
If only you listen to every single tear that falls
Then I’ll be the one who wipes it all

From a warm embrace, till the bitter sight
I want to pull you up if you only might
Through the dusty or the stormy day
I’ll be there to guide and lead you the way

Dreams are sparkling but deceiving
So don’t fly yourself in those empty skies
See all the hope and keep on believing
You should mend and don’t let it dies

The rain might seem so cold
But don’t close your eyes with a blindfold
The world might seem so vast
But a little bit waiting won’t make you rust

Be patient my friend
When you step you might bent
But please stand up tall then
Don’t surrender in vain

Thursday, June 21, 2007

September 2005 - Juni 2007

Ternyata cara yang halus pun benar-benar menyakitkanku. Menjatuhkanku ke titik terendah, separuh semangat hidupku drop karena spirit booster yang selama ini terpasang di hatiku harus aku copot dan lepaskan. Aku belajar untuk merelakan, setiap hari sejak hari aku mengucapkan kalimat perpisahan hingga hari kemarin. Tapi tadi malam hingga pagi ini aku merasakan tanpa pegangan. Berada di atas tembok yang sangat tinggi, takut untuk melangkah karena tidak ada tangan yang menuntunku. Mataku silau, tidak bisa melihat akan seperti apa di depan sana. Aku tau, perasaan seperti ini artinya aku belum benar-benar merelakannya. Relakanlah..relakanlah.. bukankah dengan merelakan semua akan terasa lebih ringan?
Benar-benar berakhir. Kali ini benar-benar berakhir. Mengingat masa-masa lalu terasa terlalu menyakitkan. Mengingat akhir pekan kemarin yang baru saja berlalu, hanya terasa seperti kejapan mata. Hanya berlalu 2 hari, dan semuanya terputar balik. Naik ke atas tinggi dan tinggi dan kemudian jatuh terhempas.
Sungguh, sepenuh hatiku aku benar-benar ingin merelakannya. Aku benar-benar ingin melihatmu tersenyum bahagia di sisi orang lain yang memberimu kebahagiaan itu. Sungguh,aku tidak ingin menjadi bebanmu dan penghambatmu menuju kebahagiaan itu. Hanya saja aku tidak bisa pungkiri bahwa untuk sementara kenyataan ini membawaku ke keadaan chaos. Sungguh, suatu saat aku akan bisa tersenyum ketika melihatmu. Senyumku melihatmu bahagia.

no more shoulder to cry

Sepertinya dulu aku pernah memposting lirik lagu ini. Lagu yang sangat berkesan untukku, yang menjadi "soundtrack" hubunganku dulu dengan mas-ku. Dulu sering dinyanyikan mas untukku. Sekarang, masih di dalam suasana yang tidak nyaman, lagu ini tetap berkesan. Hanya aku merasa there is no more shoulder to cry for me :(


Life is full of lots of up and downs,
And the distance feels further
When you're headed for the ground,
And there is nothing more painful
Than to let you're feelings take you down,

It's so hard to know
The way you feel inside,
When there's many thoughts
And feelings that you hide,
But you might feel better
If you let me walk with you by your side,

And when you need a shoulder to cry on,
When you need a friend to rely on,
When the whole world is gone,
You won't be alone,
cause I'll be there,

I'll be your shoulder to cry on,
I'll be there,
I'll be a friend to rely on,
When the whole world is gone,
you won't be alone,
cause I'll be there.

All of the times when everything is wrong
And you're feeling like
There's no use going on
You can't give it up
I hope you work it out and carry on
Side by side,
With you till the end
I'll always be the one to firmly hold your hand
no matter what is said or done
our love will always continue on

Tuesday, June 19, 2007

aint enough

there's a danger in loving somebody too much,
and it's sad when you know it's your heart you can't trust.
There's a reason why people don't stay where they are.

sometimes, love just aint enough.

Saturday, June 09, 2007

Dua pertentangan

Dari tulisan lama seorang teman yang kukenal di dunia maya:

"Jagalah dirimu ketika kamu sedang marah atau kecewa,
karena dalam posisi itulah kualitas diri kamu mendapat ujian. "

Hmm..membaca tulisan ini pertama kali, kedua kali dan entah sudah berapa kali, tetap saja membuat desiran di hatiku. Mampukah aku seperti itu? Mampukah aku tetap tersenyum seberat apapun beban pundak ini? Tetap memberi maaf sebesar apapun kemarahan dan kekecewaan yang menoreh hati ini?

Kini aku bergerak antara "tak ingin kehilangan dan tak pernah mendapatkan". Aku belum benar-benar rela untuk melepaskan semua yang ada di pikiranku, meski aku sadari bahwa apapun yang aku lakukan tak akan pernah mendapatkannya..

Ketakutan yang terutama

Seumur hidupku, ada banyak hal yang membuatku takut. Dulu waktu masih sangat kecil, aku ingat aku takut dengan ular yang masih sering ditemukan di pekarangan rumahku. Waktu dulu, komplek perumahanku di kota Samarinda masih banyak rawa-rawa. Beranjak SD, aku inget dulu aku takut sekali dimarahin sama orang tua temenku. Aku gak jelas lagi masalahnya waktu itu apa. Dan masih SD juga, aku sempat paranoid dan ketakutan menjelang tidur, karena takut saat aku nutup mata aku gak bangun lagi atau ada anggota keluargaku yang pergi. Masa-masa SMP mungkin tidak ada hal istimewa yang membuatku takut, tetapi lebih tepatnya itu adalah masa-masa ketidaknyamanan atas semua disekelilingku. Di SMA, aku inget ada beberapa hal yang buat aku takut, seperti waktu diklatsar pecinta alam SMA saat menjelang pelantikan di puncak Sibayak dengan dinginnya yang masih membekas sampai sekarang, atau takut terjadi sesuatu waktu aku dengar kabar Bang Imung kecelakaan, dan takut saat menjelang pengumuman UMPTN.
Aku sadari bahwa semakin bertambah umur kita, maka hal-hal yang membuat kita takut semakin terlihat sebagai hal-hal yang mendasar. Seperti, takut gak bisa menabung karena gaji terlalu kecil, takut gak bisa memenuhi harapan orang tua, atau hal-hal lainnya.
Dan aku menyadari satu hal, bahwa saat ini ketakutanku yang terutama adalah "sendirian". Dan ketakutan inilah yang memperumit masalah-masalah yang muncul di hidupku akhir-akhir ini. Ketika pikiranku dipenuhi oleh ketakutan ini, aku menjadi panik, gak bisa konsentrasi, dan mencari berbagai cara untuk mengalihkan perhatianku. Ya bagus, kalo pengalih perhatiannya yang positif. Kalo negatif gimana? Hmm..gak bisa dijadikan alasan sih memang..
Ini reaksi yang wajar untuk orang yang hampir memasuki seperempat abad hidupnya kah, ato cuma reaksiku sendiri yang berlebihan? Ah..menjadi semakin bingung.. Sebenarnya mau aku apa sih? Aku harus bertindak seperti apa? Benar kata orang-orang, hanya aku yang bisa menjawab itu.
Piuff..tulisan kali ini membingungkan..

Monday, June 04, 2007

LOST, Everything happens for a reason


Ini dia serial TV favorit-ku. Berjudul LOST, diputar premier di Amerika sekitar bulan September 2004. LOST Season 1 terdiri atas 24 episode yang berakhir bulan Mei 2005. Setelah break selama 4 bulan, Season 2 dimulai pada bulan September 2005 dengan 23 episode yang berakhir pada bulan Mei 2006.

Kemarin malam tepatnya tadi pagi dini hari, aku menyelesaikan LOST Season 3 yang sudah dimulai sejak 4 Oktober 2006 dan berakhir 23 Mei 2007. Berjumlah 22 episode, season terakhir ini mulai menjawab beberapa pertanyaan yang tak bisa terjawab di 2 season sebelumnya. Seperti, kenapa bisa ada polar bear di pulau itu?

Yah..aku memberikan respon yang sama setiap kali baru menyelesaikan 1 season. Kenapa season ini menggantung sekali? masa harus menunggu 5 bulan lagi? trus adegan terakhir tentang Kate yang ketemu sama Jack setelah mereka selamat, maksudnya apa? ugh..kecewa niy.. Rasa penasaran yang tidak terpuaskan dan haus mencari jawaban,hehehe.. (tampak hiperbola sekali)

Yah..pokokna mah serial ini aku rekomendasikan deh. Kalo lagi iseng, punya waktu senggang banyak, silahkan nonton serial ini dari season 1 sampe season 3. Berjumlah 69 episode dengan durasi masing-masing episode sekitar 45 menit. Yah..jadi kalo diitung-itung, seandainya mau menonton dengan non-stop akan selesai setelah, umm.. 2 setengah hari atau tepatnya 52 jam,hehehe...

Sunday, June 03, 2007

kembali tersenyum :)

Sungguh, melihatmu sedih seperti kemarin itu sangat menyakitkanku. Maafkan aku yang belum juga mampu bertindak dan berpikir dewasa. Maafkan aku yang kembali mengecewakanmu, lagi dan lagi. Tetapi selintas senyum yang terkembang sesaat sebelum aku kembali ke jakarta, membuatku ikut tersenyum. Terima kasih, untuk kasih yang selalu ada dan tersedia untukku. Suatu saat aku akan datang dan membuktikan padamu bahwa aku telah belajar untuk menjadi dewasa. Bahwa aku sudah dewasa. Senang melihatmu kembali tersenyum. Jangan sedih lagi yah :)