Tuesday, September 23, 2008

di Titik Pengakhiran

Sampailah kembali di titik pengakhiran
Entah apa yang sebenarnya yang memicu masalah ini
tapi terasa ada yang berubah
aku atau kamu?
hmm..gak usah dicari jawabannya
toh gak berguna juga

Jadi aku kembali harus mengakhiri
menutup skenario yang baru saja dibuka
akan sebesar apakah lukanya?
hmm..aku belum tau
tapi nanti aku akan tau jawabannya

Tapi bagaimana mengakhirinya?
bisa bicara baik-baik kah?
atau harus menunggumu sampai pergi dan menghilang
menghindar seperti teman lamaku itu

atau aku yang pergi dan menghilang
sepertinya yang itu akan lebih mudah bagiku
tapi tetap saja tidak menyelesaikan masalah
hanya kabur seperti pengecut

Sebenarnya ada apa sih?
susah sekali untuk bicara jujur dan terbuka
ada yang berubah, kamu harus akui itu
jangan menyangkalnya

perlukah kita bahas ini?
apa yang akan dibicarakan?
dan semua rencana-rencana kita bulan depan,
harus kita lupakan saja?
anggap itu semua angan-angan semu kita

argghhh..sesak juga dada ini
kelihatannya saja tidak ada masalah
tapi tiap tarikan nafas terasa berat
tiap tawa terasa palsu

dan waktu berjalan dengan sangat lambat
dengan sangat lambat
dan sangat lambat

Saturday, September 20, 2008

naskahnya tidak berubah banyak

Aku memulai lagi sandiwara dengan naskah yang lama
Naskah yang tidak banyak berubah jalan ceritanya,
hanya nama tokoh dan dimensi waktunya yang berubah

Bersabar, adalah tarikan nafasku setiap kali mendengar tentangnya
Memahamimu, adalah sesuatu yang sedang kuusahakan sekarang
Menyayangimu, adalah sesuatu yang tidak bisa kusampaikan spontan
karena ada batasan defenisi komitmen
Merelakan, adalah sesuatu yang akan manamparku dengan keras
untuk mengembalikan kesadaranku
bahwa ini tak pernah akan berakhir dengan mulus

Melihatmu di sampingku, hal yang kuinginkan sekarang
tapi patutkah aku menginginkan itu?

Kekacauan kembali muncul di kepalaku
ingin tapi tak bisa
berusaha tapi tau tak mungkin

itu saja sudah sulit bagiku
tapi sepertinya belum terlalu sulit bagimu
karena kamu tambahkan lagi dengan ceritamu
posisikan aku sebagai teman
harus sebagai teman
karena bila tidak, aku akan sakit mendengarnya
walau kuakui, aku toh akirnya sakit juga

Ingin memintamu berhenti bercerita,
tapi rasa takut muncul
bagaimana bila tiba-tiba ceritamu itu berlanjut
tanpa sepengetahuanku
dan dengan pemberitahuan mendadak
seperti yang pernah dilakukan teman lama padaku
sanggupkah aku?

Menahan rasa ini
Posisikan sebagai teman
teman yang objektif,
yang bisa memberikan masukan
memberikan nasehat
sambil tersenyum menenangkan
meski tau hatinya menahan sakit luka itu

Sampai kapan?
bulan depan?
dua bulan lagi?
atau minggu depan?
entahlah..

Sunday, September 07, 2008

mendengarkan dengan seksama

Kembali menjadi pendengar

Sanggupkah
telinga ini mendengar semua cerita itu?
mata ini melihatnya bersedih?
tangan ini mengusap rambutnya kala ia bercerita?
dan hati ini menahan rasa asing yang tiba-tiba hadir?

Telinga ini mampu,
mata ini mampu,
tangan ini mampu,
tapi hati yang sepertinya tidak mampu

rasa asing itu menekan di dalam hati
entah apa sebenarnya rasa itu
asing tapi dulu pernah aku rasakan juga
meninggalkan rasa tidak nyaman

aku gak suka rasa ini
aku gak mau kayak gini

tapi aku kembali menjadi pendengar