Saturday, November 27, 2004

Horree!!

akirna bisa nulis lagih. Selama libur lebaran kemaren koneksi internet jadi kacau. Gak bisa access internet lagi, jadi susah deh buat nulis. O iya, dalam kesempatan ini saya mo ucapin "Selamat hari raya Idul Fitri 1425 H, mohon maaf bila ada kesalahan"
Dan tadi saya baca email di milist, ternyata senior saya yang ganteng nan cakep itu mo menikah hari Minggu, 5 desember besok. Selamat yah,Dji..

Tuesday, November 09, 2004

Lagi beberes buat mudik

Its time for Mudik!!!
Ini nih salah satu tradisi bangsa kita, menjelang hari raya pada mudik ke kampung halaman. Tadi ke kampus jam 8-an malam,uff... kampus dah kayak gak ada tanda-tanda kehidupan. Semua lampu di ruang unit pada mati. Gelap gulita gitu.. Sunken Court dah kayak lorong bawah tanah tanpa lampu. Sedih juga rasanya, pengen main tapi gak ada temen buat diajak main. Semua dah pada ngedon di rumah masing-masing, di rumah ortu. Lah aku?? sendirian.. Hiks.. akirna mutusin buat besok ikutan mudik juga, tapi ke Jakarta ajah. Pengen main ma adek-adek sepupu, kangen juga. Terakhir kesana sebulan yang lalu.
Pada saat orang-orang bergembira berkumpul bersama sanak keluarga, ada kabar dukacita yang rasanya menyayat hati. Salah satu teman dari Elektro angkatan 2001 telah dipanggil Yang Maha Kuasa ketika dalam perjalanan menuju kampung halamannya. Turut berduka cita dan semoga teman dan keluarga diberi kekuatan untuk menghadapi hal ini.
Sekarang saya lagi beberes buat mudik besok. Rencananya mo ke Leuwipanjang jam 9-an pagi dianter sama mas. Semoga lancar di jalan, gak macet dan gak begitu panas. Dan abis itu, mas mesti istirahat soalnya malamnya mas juga mudik ke Magelang. Ntar baru ketemu lagi 2 minggu lagi deh. Kangen...

Jadi inget nih..

Ngebaca 3 postingan terakir itu isinya tentang yang berhubungan dengan dunia per-gunung-an yah? Dan aku jadi keinget ma janji yang pernah terucap dan terekam di kepala. Janji bahwa kelak aku akan pensiun bila kakiku telah tiba di puncak Semeru. Kukira akan mudah melaksanakan janji itu, tinggal menolak klo diajak naik gunung,thats all.
Tapi ternyata gak semudah itu. Aku tiba di puncak Semeru tanggal 29 Juni 2004. Kembali ke Bandung,aku melanjutkan kegiatan dan tanggung jawab di organisasi PA-ku sebagai Kadiv Kaderisasi. Dan salah satu materi yang mesti disampein itu tentang voluntering dan prakteknya melakukan kampanye penyadaran lingkungan di Taman Nasional Gede-Pangrango. Dan karena aku Kadiv yang bertanggungjawab penuh ma materi itu, aku mesti nemenin anak2 ke sono. Jadilah aku mengingkari janjiku untuk pertama kalinya ketika kakiku menapak di puncak Gn. Gede bulan Agustus 2004.
Minggu lalu aku diajak ke Gn. Papandayan dan karena kukira awalnya cuman kyak camping biasa, aku ikut aja. Eh,ternyata bener2 naik gunung cuman gak terlalu lama jalannya. Dan itu pengingkaran yang kedua di bulan November.
Dan satu yang kelupaan, ini mesti diitung ingkar juga gak yah? Bulan September lalu temenku dateng dan minta ditemenin jalan-jalan. Aku ajak aja ke Tangkuban Perahu. Sampe disana mereka pengen jalan-jalan dan gak kerasa kita dah ada di tengah ato diseberang lapangan parkir. Mo balik lagi udah setengah jalan dan kayaknya lebih jauh daripada nerusin ngelilingin satu putaran kawah ratu-nya Tangkuban Perahu. Dan itu berarti kakiku napak di puncak gunung itu. Klo itu juga diitung, aku telah ngingkarin janjiku 3 kali.
Duh.. susah yah buat nepatin janji. Mesti berusaha lebih keras sepertinya..

Saat ini yang kurasakan

Mungkin bukan hal baru bagiku untuk berjalan-jalan di hutan, gunung dan sodara-sodaranya. Tapi diantara sekian kali itu aku jalan, hanya beberapa kali aku tersesat. Dan kemaren itu,aku tersesat cukup lama, sekitar 2 jam berputar-putar di daerah puncak Gn. Papandayan.
Ceritanya gini, minggu kemarin diajak ama temen buat ke Papandayan. Aku mau dan jadinya kita berangkat Sabtu sore jam setengah 4-an. Sampe lapangan parkir Papandayan, udah gelap gulita. Ya iyalah, dah jam 9 malam. Tak terasakan nafas kehidupan disana.. Eh,ternyata ada penjaga warung yang masih bangun (ato kebangun ?) dan nyapa kami. Katanya "klo mo ke Puncak jangan jalan malam ini, sejak bencana Papandayan yang lalu jalur pendakian dah berubah. Takutnya ntar malah jalan ke kawah yang lagi aktip". Jadinya kami mutusin buat nginap di warung Emak (panggilan buat penjaga warung tadi) dan mulai
masak buat sahur ntar. Walo naik gunung gini,puasa mesti jalan donk.. :p
Jam 5 pagi aku baru bisa mejemin mata. Hangatnya sleeping bag ngebuat badan jadi kerasa lelah-nya. Tapi gak lama dibangunin ma Mario, katanya mo jalan sekarang. Ya dah, langsung packing. Abis doa kita jalan dan sampe di Pondok Selada jam 8 pagi. Medannya .. ya ampun,debu vulkanik yang keluar pas bencana kemaren nimbun beberapa centi dan karena saat itu hujan jadilah debu itu kayak lumpur yang licin banget. Kita bisa pura-pura ski ato skating disono. Nah,jalan ke puncaknya ini yang bingung. Setelah jalan nerobos sana-sini akhirnya sampe di titik tertinggi gunung itu. Gak tau ini puncaknya bener ato gak, soalnya gak ada yg bisa dijadiin patokan triangulasinya.
Gak lama di puncak,kita turun. Tapi beberapa menit kemudian nyadar,koq jalannya beda yah. Karena bencana kemaren,batang-batang Cantigi meranggas hitam dan ngebuat pemandangan di sekeliling itu sama semua. Badan yang udah basah karena hujan, ditambah hujan yang masih terus turun, dan dinginnya udara serta angin Papandayan ngebuat aku ngegigil hebat. Kayaknya pengen tidur aja,tapi aku mesti bangun. Setelah bolak balik ampe 7 kali ngelewatin tempat yang sama, diputusin buat turun ke sisi kiri kita dan jalan menuju utara. Gak putus harapan walo di bawah ternyata buka pondok selada yang kita jadikan patokan, kita tetep jalan. Sekitar 3 jam kemudian baru nemu jalur-jalur pipa air yang ngarah ke rumah penduduk. Akhirnya, jam 3 aku sampe lagi di pelataran parkir Papandayan tempat kemarin kita nginap.
Huff...leganya gak bisa dibayangkan. Dingin tadi masih ngebekas di kepala,rasanya nyeri bahkan sampe ke dalam kepala. Thanks God,rencanaMu indah sempurna.

Sunday, November 07, 2004

Mimpiku, mimpi yang kau ciptakan

Pernah seorang teman menceritakan tentang mimpinya mencapai Puncak Mahameru, puncak abadi para dewa-nya Dewa 19. Karena mimpinya itu juga aku ikut-ikutan mimpi bahkan berjanji kelak setelah kutapaki puncak Semeru, selesailah perjalananku didunia per-gunung-an ini. Karena mimpi ini juga, kusanggupi tawaran temanku untuk naik Rinjani -gunung impianku sejak kecil- pada bulan Januari kemarin. Kupikir, aku mesti naik gunung Rinjani dulu sebelum bener-bener pensiun.
Setelah persiapan kurang lebih sebulan, yah..beginilah tradisi naik gunung yang berusaha aku dan beberapa temen-temen tanamkan di kepala bahwa naik gunung itu bukan buat nyari mati dengan gak punya persiapan dan peralatan minim. Maap buat temen-temen lain yang sering naik gunung dengan cara seperti itu,tapi bagi aku itu bodoh. Balik lagi ke persiapan, setelah persiapan sebulan dan kabar terakhir mengatakan bahwa Semeru aman, letusan Bromo tidak berpengaruh kesana, maka berangkatlah kami satu team beranggotakan 14 orang dengan impian yang sama. Camp kedua di Ranu Kumbolo mengenalkanku akan arti dingin yang sesungguhnya, bahkan sampai menyisakan lapisan es tipis di atap tenda dome-ku. Tanggal 29 Juni pukul 7 pagi, kakiku melangkah juga di puncak Semeru. Dinginnya tak terkatakan, walau saat itu langit bersih dan kawah Jonggring Saloka menyemburkan wedus gembel-nya berkali-kali. Helaan nafas dan tawa serta gigilan badan mewarnai suasana pagi itu. Tuhan, ciptaanMu indah sekali, tapi aku lelah, aku ingin kembali ke camp.
Teman, mimpi kita akhirnya terwujud. Tapi tidak dengan cara yang dulu kubayangkan. Pendakian kita berbeda musim, kau setengah tahun sebelumnya. Mungkinkah kelak kita bisa berjalan bersama lagi? Akankah saat itu kau telah memaafkanku?