Sunday, April 16, 2006

satu demi satu

"Kenapa semua harus tentang kamu?"
"Kenapa semua harus mengikuti keinginanmu?"
"Kenapa semua hanya untuk kepentinganmu?"

kata-kata itu pernah kamu ucapkan dulu. Dan kata-kata itu kamu ucapkan lagi tadi malam. Ketika marah, kamu menyebutku sebagai beban, pengganggu dan pengusik ketenanganmu. Sesaat aku terdiam dan mencoba mengerti kata-katamu. Saat emosimu reda, kamu meminta maaf karena ucapanmu tadi. Katamu itu hanya karena emosi.
Pernah ada orang bilang bahwa "kata-kata yang keluar dari seorang pemabuk adalah sebuah kejujuran", dan dalam konteks yang sedikit berbeda aku menganggap bahwa "kata-kata yang keluar dari orang yang dipenuhi oleh emosi adalah luapan perasaan yang terpendam sekian lama".
Bila benar dengan anggapanku tadi, berarti semua yang terucap dari bibirmu adalah kebenaran akan sebuah perasaan yang kamu tutupi. Beban? penyesalan? kata-kata itu cukup membuatku menggigit bibir untuk menahan tangis yang pada akhirnya tak tertahankan juga. Bila seseorang yang dekat denganku selama 4 tahun ini menganggapku sebagai beban, lalu bagaimana dengan orang-orang yang dekat denganku lainnya? Mungkinkah aku juga dianggap sebagai beban? Benarkah semua harus mengikuti apa mauku? Lalu aku harus menjadi apa? Aku harus seperti apa?
Katamu aku harus menjadi dewasa. Apa itu dewasa? seperti apa dewasa itu? Bila aku belum dewasa, berarti semua yang kulakukan disebut tindakan anak-anak kah? atau dikategorikan tindakan anak-anak yang beranjak dewasa? Aku gak tau harus bertindak seperti apa. Aku bisa menterjemahkan dewasa sebagai seorang dengan pemikiran yang matang, tenang, terencana, dan bisa berfikir dari berbagai sudut pandang. Untuk beberapa hal dalam hidupku, aku pernah seperti itu -bertindak dengan tenang, terencana, matang, dll-. Tapi kadang untuk hal lainnya aku gak bisa seperti itu. Aku menuruti apa kata otakku, apa keinginanku, dan aku ingin apa yang aku inginkan terlaksana. Dan katamu itu bukan disebut dewasa?
Kepalaku penuh dengan pertanyaan. Benakku sibuk mencari jawaban untuk semua pertanyaan itu. Aku belum mendapatkan jawaban yang bisa memuaskan otak, hati dan egoku. Bagaimana caranya supaya tidak menjadi beban? bagaimana caranya dewasa? aku harus bagaimana supaya bisa menjadi aku?
Pertanyaan demi pertanyaan lain mengalir di otakku, sementara benakku belum juga menemukan satu jawaban pun.

No comments: