Friday, July 07, 2006

21 Juni 2006

Disini kami yang berduka
menahan tangis kehilangan ayah
mempertanyakan keputusanMu
seperti inikah yang terbaik?
Bila ini yang terbaik,
mengapa kami menangis?
mengapa dada ini terasa sesak?
mengapa hati ini tidak bisa merelakannya?

ayahku seperti tidur
benar-benar seperti tidur
kubangunkan, kupanggil dan kubelai rambut putihnya
ia tetap tak terbangun
benarkah ia telah pergi?
tapi mengapa aku merasa ia hanya tidur?

pagi berikutnya aku melihat peti mayat yang sangat indah
warnanya coklat, diplitur sangat halus
bagian dalamnya dilapisi kain berwarna emas
terlihat sangat indah dan nyaman
di samping peti diletakkan sebuah salib besar
di tengah salib digoreskan nama ayahku
Mulia Maringan Tua Silalahi
Lahir: 21 Maret 1945 Meninggal: 19 Juni 2006

Ketika tangan besar mereka membopong tubuh kaku ayahku
saat itu isakan tak tertahan keluar dari mulutku
tak mampu rasanya melihat ayahku
tak bisa lagi berjalan seperti biasa
walau dengan kaki yang kurang seimbang
mereka meletakkan ayahku di dalam peti yang indah itu
Kusenandungkan lagu "ayah"
Lagu lama yang sering kumainkan dengan harmonika
Ingatkah ayah yang dulu mengajarkanku harmonika?
lagu itu sering kumainkan,
tapi kali ini terasa berbeda

Pendeta masuk ruangan
aku tau sebentar lagi ayahku akan diberkati untuk terakhir kalinya
dengan perlahan kudekatkan wajahku pada wajah ayahku
kubisikkan pelan "pa,aku udah rela. Pergilah,pa. Adek sudah rela"
"papa tidak akan lagi merasa sakit,
pergilah,pa. Aku rela"

Kemudian peti itu ditutup
dari bagian kaca pada tutup peti itu,
aku masih bisa melihat wajahnya

aku melempar segenggam tanah
ke dalam lubang berukuran 2 x 1,5 meter itu
di dalamnya telah ada peti indah itu
"selamat jalan ya,Pa"
KAMI MENCINTAIMU
I LOVE U,DAD..

No comments: